Inspirasi: Sang Marinir Memilih Berlari Bersama Bocah Kecil

Foto dua orang pelari, yakni seorang anak didampingi marinir muda lengkap dengan ranselnya menjadi perhatian di jejaring sosial baru-baru ini. Bahkan sang marinir akhirnya diwawancarai beberapa media baik koran dan televisi di AS.

Marinir itu adalah Myles Kerr, 19 tahun. Kebetulan ia jadi peserta lomba lari Jeff Drenth Memorial 5K yang diselenggarakan di Charlevoix, Michigan, AS.  Lomba itu terbagi dalam beberapa kelompok, termasuk anak-anak dan dewasa.

Di waktu penyelenggaraan, Kerr memutuskan untuk berlomba mengenakan sepatu marinirnya serta celana loreng, dan sebuah ransel di punggungnya. Entah apa tujuannya, mungkin hanya menggunakan lomba lari sebagai ajang latihan, atau menunjukkan kebanggannya sebagai marinir AS? Yang pasti seragam tersebut membuatnya tertinggal di belakang. Sejak garis Start, ia pun berupaya mengejar teman-temannya.

Dalam perjalanan, Kerr melihat seorang anak yang juga peserta lomba sedang jalan kaki. Tampaknya kepayahan.  Ia mendekati anak itu dan setelah berada di sampingnya menanyakan kondisinya, “Kamu baik-baik saja?” tanya Kerr.

Bocah ini adalah Boden Fuchs, 9 tahun. Saat ditegur oleh Kerr, Boden memohonnya, “Sir, maukah Anda lari bersama saya?”

Karena ingin menolong, Kerr tak lagi berambisi mengejar teman-temannya. Ia terus berada di samping Boden sambil terus berlari di sampingnya. Akhirnya mereka sampai di garis finish. Boden lebih dulu finish dengan waktu 35 menit 43 detik, sedangkan Kerr lima detik setelah Boden.

Nah, peristiwa di atas difoto oleh beberapa orang dan diunggah ke jejaring sosial, sehingga akhirnya mendapat apresiasi dari berbagai kalangan.

Rasa sosial yang suka menolong telah ditunjukkan oleh Kerr, sang marinir muda. Menjadi juara bukan hal yang utama, lebih penting adalah menyemangati sesama – dan mendampingi, agar bisa tetap berlari hingga garis akhir. Nah, apakah kita juga mau memiliki empati yang sama seperti Kerr?

Sumber:
petoskeynews

Lukisan Keren Dengan Ms Excel Oleh Pak Tua 73 Tahun

Angkat topi untuk Tatsua Horiuchi. Usianya memang sudah sangat senja, 73 tahun, tetapi soal kreativitas tetap mengejutkan. Lihat lukisan di bawah ini. Begitu rinci dan khas lukisan Jepang. Hebatnya, lukisan ini dibuat hanya menggunakan Ms Excel.
Kita mungkin harus menginstall software ilustrasi guna membuat lukisan seperti ini. Nyatanya bagi Horiuchi, keterbatasan bukan halangan untuk berkarya. Sepuluh tahun lalu ia berencana membeli program Adobe yang memang khusus untuk ilustrasi (keluarga Adobe: Illustrator, Photoshop, inDesign, dll  .red), Sayang harganya sangat mahal. Uangnya hanya cukup membeli Ms Office – termasuk Ms Excel di dalamnya.

Tak kenal putus asa, Horiuchi pun mulai mengutak-atik Ms Excel. Ia menggunakan tools autoshape Excel, membuat bentuk sendiri, memilih warna, tekstur, hingga bisa menciptakan berbagai elemen dalam karya seninya.

Di tahun 2006, lukisannya menjadi juara pada kompetisi Autoshape Excel. Setelah itu, Horiuchi pun menjadi terkenal. Ia menawarkan tutorial bagi peminat yang ingin belajar melukis dengan Excel. Karya ciptaannya pun diminati pembeli.

Ya, lelaki renta ini telah mengajarkan kita, bahwa yang penting adalah “a man behind the gun”.

 

Sumber:
weirdasianews

111 Pohon Setiap 1 Bayi Perempuan Lahir

Desa Piplantri di India punya tradisi unik. Setiap  kelahiran bayi perempuan, penduduk menanam 111 pohon. Dan lebih jauh, kita bukan hanya terinspirasi oleh gerakan penghijauan dan menghargai kaum perempuan. Ada banyak lagi yang bisa dipelajari.

Kisahnya berawal oleh rasa berkabung  Shyam Sundar Paliwal saat putrinya, Kiran berpulang. Rasa duka ini justru menimbulkan gagasan agar masyarakat lebih menghargai kaum perempuan dan anak-anak, terutama anak perempuan. Di India, kekerasan terhadap kaum perempuan begitu tinggi. Perkosaan, pembunuhan, dan pelecehan lain sering terjadi. 

 
indiapulse.sulekha.com
 
Kekuatiran terhadap pemanasan global sedikit banyak juga memengaruhi kondisi lingkungan di desa Piplantri. Akhirnya, Paliwal pun menggagas agar penduduk desanya menanam 111 pohon setiap bayi perempun dilahirkan. Dengan cara inilah masyarakat bisa tetap menjaga lingkungan tetap hijau. Penanaman pohon juga menjadi simbol agar lebih menghormati kaum perempuan.

“Kami juga membuat para orang tua menandatangani perjanjian, akan menikahkan putri mereka di usia legal, menyekolahkan mereka, serta menjaga pohon yang mereka tanam atas nama putri mereka,” papar Paliwal.

Bagi mereka, menanam pohon atas kelahiran sang anak akan sangat bermanfaat bagi masa depan anak-anaknya. Oleh karena itu mereka menanam ratusan pohon buah-buahan. Selain itu, mereka juga mengumpulkan uang bagi si kecil sejumlah $ 380 atau sekitar Rp 3,8 juta.

 
http://www.ucanindia.in
 
Ada 8000 penduduk di desa Piplantri, dan setidaknya 60 bayi perempuan dilahirkan setiap tahun. Tradisi 111 pohon ini sendiri telah berlangsung lebih dari 6 tahun. Artinya, sudah banyak pohon yang ditanam. Tak hanya itu, jumlah pohon semakin bertambah dengan diberlakukannya peraturan lain, yakni menanam 11 pohon setiap ada penduduk yang meninggal.

Patut diketahui, guna menjaga kelangsungan hidup setiap pohon dari penebang liar, masyarakat juga menanam lidah buaya di sekeliling pepohonan yang ada. Bisa dibayangkan, kini begitu banyak tumbuhan tersebut di desa Piplantri. Hal ini mendatangkan peluang baru bagi penduduk.

“Kini penduduk membuat dan memasarkan produk dari hasil olahan lidah buaya,” ungkap Paliwal. Ya, tradisi 111 pohon telah mendatangkan banyak manfaat bagi mereka. Apakah Anda terinspirasi membuat gerakan serupa?

 

 
 
 
 
 
 
 
 
Sumber:
thehindu

Karena Sering Dihukum, Malah Jadi Penulis Cilik

Namanya Nabila Ulamy Alya dari dataran tinggi Gayo, Aceh. Saat kelas 1 SD suka usil menggganggu adiknya sehingga mendapat hukuman dari ayahnya.

jika membuat adiknya menangis, maka di buku yang telah disiapkan oleh Amanya, Nabila harus menulis kenapa membuat adik menangis.

“Jika Nabila bandel, Nabila harus menulis kenapa bandel. Ama mengharuskan Nabila menulis di buku jika membuat adik menangis atau Nabila bandel. Jika tidak menulis, Nabila tidak akan mendapatkan uang jajan besoknya,” kisahnya kepada shnews.

Karena sering menulis kesalahan yang dibuatnya, Nabila semakin gemar menulis cerita pengalaman dirinya sehari-hari mulai dari pagi saat sekolah hingga malam hari. Malah, makin lama Nabila sudah merasa menulis bukan lagi hukuman, tapi dirinya tidak akan bisa tidur sebelum menggoreskan pena di buku yang diberikan khusus oleh ayahnya.

Setelah menulis cerita harian, Nabila diharuskan membaca ulang tulisannya tersebut. Karena merasa menarik, Nabila pun mulai belajar menulis cerita panjang, cerita pendek dan puisi. Terlebih Ama dan Ine (ibu) Nabila sangat mendukung bakat yang dimiliki Nabila.

Nabila pada awalnya lebih suka menulis tentang perjalanan ke luar negeri atau cerita-cerita tentang negara lain. Namun, karena nasihat dari ayahnya agar menulis tentang Aceh karena cukup banyak yang bisa ditulis di Aceh seperti tsunami dan lainnya, Nabila pun mulai tertarik dengan Aceh.

“Terlebih kalau Nabila mau menulis tentang tsunami, Ama pasti mengajak Nabila jalan ke tempat tsunami seperti PLTD Apung, kuburan massal dan tempat-tempat lainnya, sehingga Nabila punya banyak bahan atau ide untuk menulis,” ucap Nabila.

Ayah Nabila, Ali Abubakar yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Fakultas Syariah, IAIN Ar-Raniry Banda Aceh sangat mendukung anak sulungnya tersebut menulis, bahkan ia telah berusaha keras mencari penerbit saat novel pertama selesai ditulis Nabila.

“Saat itu, setelah Nabila selesai menulis novel pertamanya, sempat kebingungan mencari penerbit. Akhirnya kepala sekolah Nabila memperkenalkan Forum Lingkar Pena dan menganjurkan agar Nabila belajar ke sana. Setelah itu, FLP mencarikan penerbit untuk novel Nabila,” ungkap Ali Abubakar.

Nabila yang sekarang berumur 14 tahun (lahir 10 November 1999) telah menerbitkan enam buah novel.

“Sekarang saya sudah menulis enam novel, empat di antaranya diterbitkan Dar! Mizan untuk novel kategori Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK),” ungkapnya.

Salah satu novelnya yang menarik perhatian berjudul Tawa Annisa, bercerita tentang keluarga yang terpisahkan karena tsunami yang melanda Aceh pada penghujung tahun 2004. Sejumlah novel lainnya yangg sudah diterbitkan misalnya The Happy Party, Pelangi di Musim Kemarau, Kupu-kupu Misterius dan Lost in the Mirror.

Ada yang terinspirasi jadi penulis seperti Nabila?

Sumber:
shnews.

Renungan: Cara Dakwah Damai Sunan Kudus

Ja’far Shodiq, adalah seorang ulama yang kemudian lebih akrab dikenal sebagai Sunan Kudus. Dia berdakwah kepada masyarakat Kudus yang kala itu beragama Hindu.

Tantangan Sunan Kudus begitu berat dalam menjalankan aktivitas dakwahnya. Salah satunya adalah bagaimana cara agar masyarakat tidak marah jika dia dan pengikutnya makan daging sapi. Hal ini karena sapi merupakan hewan yang dianggap suci oleh masyarakat Hindu.

Masjid Kudus / visitcentraljava.com
Sunan Kudus tahu benar bagaimana masyarakat akan bereaksi jika melihat hewan sesembahannya sampai dilukai. Menyadari hal itu, Sunan Kudus kemudian membuat pengumuman bahwa dia akan menghias sapi, sebagai siasat agar masyarakat mau mendengar ceramahnya di Masjid Kudus.

Mengetahui pengumuman itu, masyarakat berbondong-bondong mendatangi Masjid Kudus karena penasaran dengan rencana Sunan Kudus yang akan menghias sapi. Mereka kemudian melihat sapi milik Sunan Kudus yang diberi nama Kebo Gumarang itu di halaman masjid.

Sunan Kudus pun kemudian mengajak masyarakat untuk mendengarkan kisah yang dia ambil dari salah satu surat di dalam Alquran, Al Baqarah, yang berarti Sapi Betina. Masyarakat terkesima mendengarkan kisah yang diceritakan Sunan Kudus.

Sunan Kudus
Selesai mendengarkan cerita itu, ternyata masyarakat masih kurang puas dan ingin mendengar cerita-cerita lain. Akhirnya, Sunan Kudus menyusun banyak kisah dan disampaikan secara teratur dalam setiap pertemuan di Masjid Kudus.

Semakin lama, orang banyak yang tertarik dengan Islam. Hal itu membuat sebagian besar masyarakat Hindu di Kudus memilih berpindah agama dan memeluk Islam.

Namun demikian, dakwah Sunan Kudus sama sekali tidak menghilangkan simbol-simbol masyarakat Hindu.

Sunan Kudus bahkan menghimbau umat Islam untuk tidak memakan daging sapi meskipun halal dan menggantinya dengan daging kerbau.

Himbauan ini dimaksudkan untuk menghormati keyakinan masyarakat.

Lihatlah bagaimana asimilasi terjadi antara Islam dan tradisi sebelumnya. Memang dibutuhkan pemahaman yang arif dalam menyikapi sesuatu, sehingga tetap ada penyebaran dakwah tanpa perlu meninggalkan perdamaian.

 

Sumber:
plasa.

Renungan: Timbunan Senjata di Ladang

Seorang lelaki tua renta tinggal di sebuah rumah pertanian. Sudah beberapa hari ini waktunya lebih banyak dihabiskan duduk termenung memandangi ladang yang kosong. Tenaganya sudah habis, ia hanya mampu menggali sedikit setiap hari sebelum ditanami kentang lagi. Istrinya sudah lama meninggal, anak semata wayangnya kini mendekam di penjara karena terlibat revolusi melawan pemerintah.
Ilustrasi /  lindanorgrovefoundation.org
Akhirnya lelaki tua ini menulis secarik surat untuk anaknya:

Tegar, berapa lama lagi kamu harus mendekam di tahanan? Ayah kuatir tak sanggup menunggu hingga kamu bebas. Kamu tahu, kita hanya punya ladang sebagai penyambung hidup. Tetapi tenaga ayah sudah tak kuat lagi menggali tanah untuk ditanami kentang. Seandainya kamu ada di sini, hanya kamu yang masih punya tenaga untuk membantu ayah.

Ayahanda

Dua hari kemudian, datang telegram dari Tegar, anaknya:

Ayah, jangan gali tanah di ladang. Ada timbunan senjata saya sembunyikan.

Ayahnya kaget mendengar kabar ini. Ia pun tak bisa tidur semalaman, ngeri membayangkan apa yang terjadi. Kekuatirannya terbukti, beberapa jam kemudian mobil-mobil polisi telah mengepung rumahnya. Pasukan tersebut membawa cangkul dan langsung menggali di setiap sudut ladang. Nihil. Tak ditemukan apa-apa. Mereka kembali pergi meninggalkan rumah lelaki tua ini.

Dengan penuh kebingungan, lelaki tua ini pergi ke kantor pos dan mengirim telegram untuk anaknya:

Tegar, ayah tak mengerti. Apa maksudmu?

Selang beberapa jam kemudian, Tegar membalas pesan ayahnya:

Sekarang ayah bisa menanam kentang. Tanah sudah digali berkat bantuan polisi. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk menolong ayah. Salam sayang, Tegar.

Moral
Untuk menunjukkan cinta dan kasih sayang, tak selamanya kita harus hadir di hadapan orang yang kita cintai. Walau terpisah jarak, masih banyak cara untuk membuktikan dan memberi kasih sayang.

Cinta Sejati, Kembali Bertemu Setelah 60 Tahun.

Cinta bukan hal rasional yang bisa diukur dengan logika. Kalau jodoh dan waktu harus mempertemukan dua orang, sepanjang apa pun hari berlalu maka tak ada yang dapat menolaknya. Selain kebahagiaan sejati karena mendapatkan cinta yang murni. Kisah nyata di bawah ini jadi satu contoh kekuatan cinta.

Masa sulit di Rusia paska Perang Dunia II, 1946. Kekuasaan komunis di bawah Stalin membutuhkan tenaga-tenaga muda dalam kekuatan militer baru. Duta untuk keperluan itu diutus ke penjuru Soviet, hingga ke desa-desa yang jauh. Mereka melakukan orasi mencari pria-pria muda.

Boris dan Anna, sepasang kekasih yang baru saja meresmikan pernikahan mereka tiga hari lalu. Kondisi memang susah, sehingga tak ada pesta besar-besaran. Toh, itu semua tak penting selain merasakan bahagia tinggal bersama di rumah mereka.

Setelah mendengar pidato sang orator komunis muda di alun-alun desa. Boris terpanggil untuk mengabdi pada negara. Segera setelah mendaftar, ia kembali pada Anna memberi kecupan selamat tinggal. Tugas negara memanggil.

Betapa terpukulnya Anna harus melepas suaminya pergi. Ia sempat mengancam akan bunuh diri. Keyakinan Boris bahwa ia akan kembali menguatkan semangatnya untuk menunggu.

Waktu berlalu. Boris telah pergi berperang. Suasana di desa tidak begitu tenang. Stalin memerintahkan sistem “pertanian kolektif” bagi seluruh rakyat Soviet. Ayah Anna menentang hal ini, karena ia akan kehilangan hak atas tanahnya. Mendengar pergolakan yang terjadi, pemerintahan komunis mengirim para pembangkang ke wilayah terbuang, Siberia. Anna dan keluarganya harus pergi meninggalkan desa mereka.

Beberapa tahun setelah tugas perang selesai, Boris kembali pulang. Tapi kekasih yang dicarinya telah pergi. Ia pulang ke rumah yang kosong.

“Dia selalu menunggu saya ketika saya pulang ke rumah, tapi kali ini tidak ada tanda-tanda keberadaannya,” kenang Boris. “Tak seorang pun tahu di mana mereka berada, atau apa yang terjadi pada Anna.”

Di Siberia, Anna tetap berharap Boris akan menemuinya. Walau entah bagaimana caranya, karena komunikasi terputus. Apakah mungkin Boris tahu keberadaannya kini?

Ibu Anna menyuruhnya melupakan Boris, segera menikah dengan pria lain. Bahkan Anna dipaksa pergi dengan seorang pria agar menemukan cinta yang baru.

“Aku menangis dan berlari ke halaman. Dunia menjadi hitam bagi saya. Aku ingin mati, aku ingin gantung diri,” kenang Anna. “Ibu saya datang dan menampar wajah saya. Lalu mengatakan kepada saya agar jangan bodoh. Dia membujuk saya untuk pergi dengan pria ini, Nefed. Ibu juga terus meyakinkan bahwa Nefed adalah masa depan saya.”

Suatu hari, saat Anna pulang dari pabrik kayu tempatnya bekerja, semua foto kenangan bersama Boris dan surat-surat cinta selama mereka pacaran dibuang ibunya ke perapian. Terbakar sudah. Musnah semua kenangan cinta. Inilah akhir dan awal baru untuk menerima Nefed menjadi suaminya. 

Pernikahan kedua mereka terbilang bahagia, setidaknya Anna mau menerima nasib dan membangun rumah tangga dengan Nefed.

Ribuan kilometer di desa asal Anna, akhirnya Boris juga menyerah. Ia juga menikahi wanita lain dan pindah ke tempat lain. Namun cinta sejatinya tak pernah mati. Sebuah buku ditulisnya berkisah tentang wanita muda yang menikahi prajurit muda, namun hanya menghabiskan kebersamaan selama tiga malam saja. Sayang setelah lama berpisah, kekasihnya meninggal. Buku ini jadi sebuah cerita mengharukan.

Setelah puluhan tahun. Suatu hari Boris kembali pulang ke desa mengunjungi makam orang tuanya. Ia juga mendatangi rumahnya dulu, saat ia dan Anna tinggal bersama selama tiga hari saja.

Saat melangkah keluar dari mobil, matanya terpaku pada seorang wanita tua sedang berdiri di dekat rumah. Itu Anna – seru Boris dalam hati.

Anna juga terdiam. Ia disergap keraguan, mungkinkah ini Boris? Air matanya mulai meleleh.

“Saya rasa penglihatan saya salah. Tapi pria itu menghampiri saya. Matanya menatap saya begitu dalam. Dan hatiku melonjak, ya aku tahu, dialah Borisku.”

Boris berlari menghampiri dan memeluknya, “Sayangku, Aku sudah menunggu begitu lama. Oh istriku, oh hidupku.”

Dan, itulah hari pertemuan mereka kembali setelah berpuluh-puluh tahun. Setelah Boris menginjak usia 80 tahun kini. Cinta mereka dipertemukan kembali. Ya, waktu telah menjawab bahwa cinta sejati – selama apa pun itu – akan bersatu.

[Disarikan dari tulisan di Telegraph].

Makan di Restoran Bon Jovi Bayarnya Sukarela

Bayangkan ini. Makan steak atau salmon panggang, salad dan bahan-bahannya diperoleh dari pertanian organik. Lalu setelah selesai Anda cukup membayar sesuai isi kantong. Kalau hanya punya uang Rp.1000 ya silahkan. Kalau tak punya uang, Anda bisa bekerja sebentar sebagai tenaga sukarela.
 
redbankgreen.com
Makanan bergizi dan organik, kalau di restoran semacam itu di sini biasanya satu menu bisa dibandrol Rp. 100.000. Namun, itulah keunikan restoran Soul Kitchen di Red Bank, New Jersey. Saat makanan tersaji di meja Anda, hanya terselip catatan kecil di bawah piring untuk memberi sumbangan berupa uang atau tenaga sukarela sebagai barter.
Restoran ini dibuka sejak 2011 silam sebagai bagian dari JBJ Soul Foundation, sebuah yayasan amal milik Bon Jovi tentunya. Ini merupakan jawaban Bon Jovi melihat krisis 2008 yang melanda. Banyak orang menganggur dan kehilangan pekerjaan.

“Satu dari enam orang di Amerika menderita di malam hari dan pergi tidur dengan perut lapar, dan satu dari lima keluarga tinggal di atau di bawah garis kemiskinan,” katanya dalam sebuah wawancara dengan penulis TheDailyBeast.

Di tahun 2009, JBJ Foundation juga telah membangun ratusan rumah di Philadelphia dan menyajikan makanan gratis satu kali setiap minggu di gereja lokal sebagai uji coba. Langkah ini cukup berhasil dan mendorong Bon Jovi membuka restoran Soul Kitchen ini.

Jika Anda berkesempatan mengunjungi New Jersey jangan lupa singgah di tempat ini. Coba menu seperti ornmeal-crusted catfish, rainbow beet salad, atau barbequed salmon fillet. Mungkin Anda melihat kebun organik di dekat restoran, itulah sumber berbagai sayuran di tempat ini. Bon Jovi mempunyai visi untuk mendukung peternakan lokal agar masyarakat terinspirasi kembali pada makanan sehat.

kebun organik di dekat restoran / .jerseybites.com
Seorang bintang tak selamanya berada dalam lingkaran pesta-pora. Ia juga manusia, dan selalu ada sisi baik di setiap hati. Ketika sisi kebaikan itu dipraktekan, maka dunia jadi tempat tinggal yang lebih baik. Selalu ada harapan untuk itu, layaknya slogan Soul Kitchen yakni “Hope is Delicious.” 

Yeah, keep the faith John….

———————
Sumber tulisan web Soul Kitchen: www.jbjsoulkitchen.org

Renungan Saat Menghadapi Kesusahan

Saat kita mengalami berbagai kesulitan, apakah kita menjadi seperti wortel, telur, atau kopi? Cerita berikut ini bisa jadi bahan renungan.
Seorang anak perempuan mengomel kepada ayahnya tentang kehidupannya dan bagaimana keadaan sungguh sangat berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana ia menanganinya dan ia ingin menyerah. Ia lelah untuk terus bertarung dan berjuang. Sepertinya ketika satu masalah diselesaikan timbul masalah lain.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur, lalu mengisi 3 panci dengan air dan meletakkannya di api. Tak lama, air di ketiga panci itu mulai mendidih.
 

 
Di satu panci ia meletakkan wortel, di panci lain ia meletakkan telur, dan di panci terakhir ia meletakkan biji-biji kopi. Ia membiarkannya mendidih, tanpa berkata sepatah kata apapun.

Anak perempuannya dengan tidak sabar bertanya-tanya dalam dirinya apa yang ayahnya lakukan. Ia memiliki masalah, dan ayahnya membuat ramuan aneh. Setengah jam kemudian, sang ayah berjalan ke kompor dan mematikan apinya. Ia mengambil wortel dan telur lalu meletakkannya di piring. Kemudian mengambil kopi dari panci terakhir dan meletakkannya di gelas.

Sang ayah bertanya, “Sayang apa yang kamu lihat,”

Dengan cepat, ia menjawab, “Wortel, telur, dan kopi.”

Sang ayah membawanya lebih dekat dan memintanya untuk meraba wortel. Ia melakukannya dan merasakan wortel itu sudah lunak. Sang ayah lalu menyuruhnya mengambil telur yang sudah direbus itu dan memecahkannya. Setelah membuka cangkang telur, ia mengamati isinya yang padat. Akhirnya, sang ayah menyuruhnya untuk meminum sedikit kopinya. Wajahnya berkerut merasakan kekuatan rasa kopi itu.

Ia bertanya, “Apa maksud dari ini semua ayah?”

Sang ayah menjelaskan, “Setiap benda ini mengalami hal yang sama, 100 derajat air panas. Tetapi setiap benda bereaksi secara berbeda.”

“Wortel pada mulanya masuk dengan keadaan kuat dan keras. Tetapi setelah melalui air mendidih, ia menjadi lunak dan lemah.”

“Telur sangatlah rapuh. Cangkang luar yang tipis melindungi cairan di dalamnya. Tetapi setelah berada dalam air mendidih, dalamnya menjadi mengeras.”

“Akan tetapi biji kopi adalah unik. Setelah mereka berada di air mendidih, ia menjadi semakin kuat dan kaya rasa dan baunya.” “Yang mana dirimu?” Sang ayah bertanya pada anak perempuannya.

Ketika kesulitan mengetuk pintumu, bagaimana kamu menanggapinya?

Apakah kamu adalah wortel, telur, atau biji kopi?

Apakah kamu wortel yang terlihat kuat, tetapi dengan sedikit rasa sakit, kesulitan, panas kamu menjadi lesu dan lunak tanpa kekuatan?

Apakah kamu telur, yang awalnya memiliki hati yang lunak dan semangat yang terus mengalir seperti cairan? Tetapi setelah sebuah kematian orang terdekatmu, sebuah perpisahan, sebuah perceraian, sebuah PHK kamu menjadi keras dan kaku. Cangkangmu terlihat sama, namun kamu hati dan jiwamu berubah menjadi sangat keras dan kaku.

Atau kamu seperti biji kopi? Biji kopi tidak mendapatkan rasa dan aroma yang kuat sampai ia dipanaskan dalam air mendidih 100 derajat. Ketika keadaan semakin buruk, kamu justru semakin baik. Ketika hari-hari semakin kelam, ujian-ujian semakin berat, jiwamu justru naik ke level selanjutnya.

Bagaimana kamu menangani kesulitan? Apakah kamu wortel, telur, atau biji kopi?

 

Sumber:
lovevirtue

Belajar Pantang Menyerah dari Presiden ini

Kemalangan dan penderitaan bukan kartu mati dalam meraih cita-cita. Yang dibutuhkan adalah perjuangan tak kenal lelah serta kesabaran, dan kita bisa belajar dari presiden yang satu ini.

Andrew Jackson adalah seorang presiden Amerika Serikat yang ke-7. Beliau lahir di Lancaster Country, South Carolina pada tanggal 15 Maret 1767. Dua minggu sebelum kelahirannya, ayahnya meninggal dunia. Andrew Jackson menjadi seorang yatim sejak lahir. Andrew diasuh oleh ibunya dan mereka tinggal bersama ipar ibunya. Pada masa itu, ia tidak memiliki banyak kesempatan untuk mengenyam bangku sekolah.

Saat berusia 13 tahun, ia masuk tentara milisi Amerika dan turut berjuang dalam revolusi Amerika melawan Inggris. Jackson menjadi yatim piatu pada usia 14 tahun saat ibunya meninggal karena demam tinggi.

Kemudian ia mendapat surat untuk membuka praktik hukum dan pindah ke Nashville, Tennessee. Jackson menjadi orang pertama yang mewakili negara bagian Tennesse di kongres Amerika Serikat. Ia diangkat menjadi senator untuk mengisi kursi seorang senator yang meninggal. Pada tahun yang sama ia keluar dari senat untuk mengurus hal-hal pribadi. Setelah keluar dari senat, Jackson menjadi jaksa di Mahkamah Tinggi Tennesse.

Pada tahun 1804, ia menjadi Mayor Jendral tentara milisi Tennesse. Kesuksesannnya dalam bidang militer merintis jalannya menuju jabatan kepresidenan pada tahun 1824, tetapi gagal. Empat tahun kemudian ia berusaha lagi dan kali ini berhasil. Pada tahun 1829, Jackson dilantik menjadi seorang presiden. Ia memegang jabatan presiden selama dua kali berturut-turut. Sewaktu menjabat, ia didampingi oleh John Caldwell Calhoum dan Wartin Van Buren.

Anda pun juga bisa meraih hal yang sama jika Anda selalu menerapkan 3 hal, seperti apa yang telah dilakukan seorang Andrew Jackson: Sabar, Pantang Menyerah dan Ulet.

Sumber

« Older entries