Susahnya Mengartikan Sumpah Palapa

Sumpah Palapa yang diucapkan lantang oleh Gajah Mada berabad lalu masih belum bisa ditafsirkan dengan pas hingga sekarang. Apakah ‘Palapa’ mengartikan kelapa, atau mungkin buah palapa yang tidak ketahuan bentuknya?

Sira Gadjah Mada paptih amangkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gadjah Mada: Lamun huwus kalah Nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seran, Tanjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa.” (Gajah Mada, Padmapuspita, 1966:38).

Arti bebas :  Gadjah Mada sang Mahapatih tak akan menikmati palapa, berkata Gadjah Mada, “selama aku belum menyatukan nusantara, aku takkan menikmati palapa, sebelum aku menaklukan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pahang, Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik, aku takkan mencicipi palapa

Demikian sumpah lantang sang patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, menurut kitab Pararaton. Ikrar terucap karena kuatnya keinginan Gajah Mada untuk membendung pengaruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara di Kepulauan Nusantara. Nusantara harusnya berada di bawah kuasa kerajaan yang ada di dalamnya. Bukan dikuasai kerajaan lain yang ada di daratan Asia Tenggara.

Dikutip dari Kompas dan National Geographic, banyak ahli sejarah dan budaya yang menafsirkan sumpah sang patih dengan cara berbeda. Misalnya, M.Yamin menafsirkanpalapa berarti Gajah Mada akan pantang bersenang-senang sebelum janjinya terucap.

Sedangkan Slamet Muljana, profesor yang ternama dengan Tafsir Sejarah Nagarakretagama yang kerap jadi referensi mengenai perjalanan Majapahit, menyebut bahwa amukti palapa artinya bebas tugas atau cuti.

Tafsiran lain datang dari pakar bahasa Jawa Kuno, P.J Zoetmulder, yang coba mengupasnya dari muasal arti amukti dan palapa. Menurutnya, amukti palapa diartikan “(mendapat) kesenangan yang tiada berakhir.”

“Gajah Mada akan mendapat kesenangan yang tiada taranya jika saja seluruh wilayah Nusantara yang disebutkan dalam sumpahnya itu dapat mengakui kekuasaan Majapahit,” papar Zoetmulder.

Dosen Arkeologi FIB UI Agus Aris Munandar dalam Gajah Mada Biografi Politik, menyebut bahwa ada sebagian kalangan yang mengartikan amukti palapa dengan “memakan buah kepala,” atau “memakan buah palapa.”

“Namun, jika buah kepala memang jelas maksudnya, ada buah yang dinamakan kelapa. Namun, ‘buah palapa’ sampai sekarang belum ada yang mengetahui bentuk apalagi rasanya,” tulis Agus.

Kesimpulannya adalah multitafsir. Memang susah memaknai isi pararaton seperti disebut di atas.

Gajah Mada sendiri adalah salah tokoh besar di jaman Majapahit. Uniknya, tidak ada literatur maupun prasasti yang menyebutkan kapan majapahit lahir tapi menurut Pararton , ia memulai karirnya di Majapahit sebagai Komandan Bhayanngkara, sebuah satuan pasukan elit kerajaan. kareana berhasil menyelamatkan Prabu Jayanegara saat pemberontakan Ra Kunti sekitar tahun 1309-1328 M ia diangkat sebagi patih Kahuripan.

Dua tahun kemudian menjadi Patih Kediri. tahun 1329 Masehi, Patih Majapahit yakni Aryo Tadah atau lebih terkenal dengan sebutan Empu Krewes mengundurkan diri sebagai Patih dan menunjuk Gadjah Mada sebagai Patih. 

Namun, Gadjah Mada tidak serta merta begitu saja menerima jabatan itu. Dia justru bersedia menjadi patih setelah menaklukan keta dan sadeng (pembrontak). Akhirnya setelah berhasil memadamkan api pembrontakan pada tahun 1334 Tribhuwana Tunggadewi mengangkat Gadjah Mada sebagai patih.

Sumber:
kompas.
trulyislam.

Ditemukan Batu Tertua di Bumi Berumur 4,28 Miliar Tahun

Para ilmuwan telah menemukan batuan yang hingga saat ini diyakini sebagai batu tertua di Bumi. Usianya yang mencapai 4,28 miliar tahun membuat batu itu lebih tua 250 juta tahun dibanding batu-batu tua yang ditemukan sebelumnya.

Menurut perhitungan ilmiah, Bumi terbentuk sekitar 4,6 miliar tahun lalu dari piringan debu dan gas yang mengelilingi Matahari. Namun sisa-sisa dari bongkahan batu Bumi yang asli amat sulit ditemukan karena sebagian besar materinya terdaur ulang oleh perut Bumi akibat gerakan lempeng tektonik yang terus-menerus mengubah permukaan Bumi.

Pada 2001, para ahli geologi menemukan lempengan batu yang dikenal sebagai sabuk hijau Nuvvuagittuq di pesisir timur Hudson Bay, Quebec utara. Menduga bahwa batu-batu di sana mungkin berasal dari periode awal terbentuknya Bumi, para pekerja geologi menelitinya untuk menentukan usianya.

Mereka mengukur variasi-variasi kecil isotop dari elemen langka Bumi, neodymium dan samarium dalam batuan itu dan memastikan bahwa batuan itu berusia 3,8 hingga 4,28 miliar tahun.

Umur tertua, berasal dari batu yang disebut “faux amphibolite”, diyakini sebagai endapan vulkanis kuno. Batu ini mengalahkan batu yang dianggap tertua sebelumnya, dengan usia 4,03 miliar tahun dan berasal dari formasi yang disebut Acasta Gneiss, Wilayah barat laut Kanada.

Satu-satunya materi awal yang lebih tua dibanding batu Nuvvuagittuq adalah zircon dari butiran mineral terisolisasi yang tahan terhadap cuaca dan proses geologi. Zircon tertua dari butiran-butiran di Australia Barat usianya sekitar 4,36 miliar tahun.

Sumber :
kabar–aneh.blogspot.com

Dulu Kala, Gerbang Neraka Ada di Turki

Turki punya gerbang yang bisa membawa Anda langsung ke neraka. Peneliti Italia mengumumkan bahwa sebuah gerbang ke neraka telah terbuka dari reruntuhan di sebelah barat daya Turki. Gerbang yang disebut Pluto Gate ini ditemukan pada situs purbakala di kota Phrygian, Hierapolis yang sekarang disebut Pamukkale.

Kata Pluto sendiri berasal dari kata Plutonion dalam bahasa Yunani atau Plutonium dalam bahasa Latin. Pluto melambangkan gerbang menuju dunia bawah dalam tradisi dan mitos Greco-Roman.

Ilustrasi Pluto Gate – Gerbang menuju neraka terlihat di sebelah kanan
“Ruangan ini penuh dengan uap berkabut yang padat hingga menghalangi pandangan. Semua hewan yang melewati uap itu akan langsung mati. Aku melemparkan burung pipit ke dalamnya dan burung itu langsung mati dan jatuh,” tulis seorang ahli geografi Yunani Strabo.

Penemuan gerbang neraka ini dilakukan oleh arkeolog Italia di Istanbul Turki, yaitu tim yang dipimpin oleh Fransesco D’Andria profesor arkeologi klasik dari University of Salento.

“Kami menemukan Plutonium setelah merekonstruksi rute ke sebuah sumber air. Ternyata mata air Pamukkale yang mengeluarkan uap putih berasal dari gua ini,” ungkap D’Andria, seperti dilansir oleh Discovery News.
 

 
Di dalam gua tersebut peneliti juga menemukan sisa-sisa kuil, kolam renang, serangkaian prasasti yang didedikasikan untuk para dewa, Pluto dan Kore. Konon orang-orang hanya diperbolehkan menonton ritual suci dari jauh karena hanya para tetua keagamaan yang diperbolehkan berdiri di depan portal.

Beberapa ritual yang dilakukan dalam gua ini adalah dengan membawa hewan masuk dalam keadaan hidup, kemudian mengeluarkan mereka dalam keadaan mati. Asap dalam gua tersebut memang sangat mematikan, sehingga jika terlalu dekat, karbondioksida akan membunuh semua makhluk hidup.

Dulu dipercaya bahwa hanya para kasim Cybele, dewi kesuburan kuno, yang mampu memasuki gerbang neraka tanpa mengalami luka atau mati. Mereka menahan napas selama mungkin. Selain bisa menyebabkan kematian, uap yang muncul dari gua ini bisa menyebabkan halusinasi dalam skala kecil.

“Ini adalah penemuan yang luar biasa karena menegaskan dan menjelaskan informasi yang kita dapatkan dari sumber sastra sejarah kuno,” jelas Alister Filippini, peneliti sejarah Romawi di Universities of Palermo, Italia.

 

Sumber:
tipsartikeldanpengetahuan.

Kanibalisme India, Kekejaman Di balik Kemajuan Peradaban Kuno

Berbagai penemuan peradaban kuno di India masih diselimuti misteri. Berbagai teori mengemuka, masyarakat Indus sebenarnya sudah sangat maju dibanding kondisi kita saat ini. Masih ingat artikel misteri teknologi india kuno tentang kemungkinan interaksi dengan mahluk planet lain? 

Namun, peradaban kuno bisa jadi tidak selamanya menempatkan hak individu setara antarmanusia. Perbudakan, bahkan kanibalisme merupakan sisi kelam warisan masa lalu.
 

Dalam hasil penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Paleopathology menunjukkan sisi kelam dari peradaban Indus. Masyarakat setempat diperkirakan sudah terbiasa dengan budaya kekerasan.

Hal ini berdasarkan pemeriksaan terhadap 18 tengkorak manusia Indus yang tinggal di Harappa –salah satu pusat kota paling berpengaruh di Indus. Kerangka yang diteliti berasal dari tahun 1900 hingga 1700 Sebelum Masehi.

Salah satu tengkorak ini adalah anak-anak berusia antara empat hingga enam tahun, yang pecah dan hancur akibat benda seperti senjata. Satu tengkorak wanita dewasa juga memperlihatkan bekas pukulan hebat dengan kekuatan besar. Sedangkan satu tengkorak laki-laki paruh baya memiliki hidung patah dan rusak di bagian dahi yang disebabkan benda berujung tajam.

Dikatakan Gwen Robbins Schug sebagai pelaku penelitian dari Appalachian State University, AS, penemuan ini menumbangkan mitos kehidupan penuh damai di Indus.

“Kekerasan merupakan bagian dari kehidupan di Harappa,” kata Schug yang melakukan penelitian bersama mahasiswa pascasarjana, Kelsey Gray, dan Veena Mushrif-Tripathy dari Deccan College, India.

Studi yang menyimpulkan kedamaian di Indus akan terbit pada Mei 2013 mendatang dalam Journal of Archaeological Science. Dikatakan pemimpin penelitian jurnal ini, Mark Kenoyer, dari University of Wisconsin–Madison, AS, Harappa merupakan lokasi titik temu.

Banyak warga desa yang pindah menuju Harappa dan menjadi bukti pertama perpindahan manusia dari desa ke kota. Kenoyer dan koleganya berkesimpulan bahwa Harappa memiliki sistem di mana perempuan memiliki peran lebih kuat dari kaum lelakinya.

 

Sumber:
kompas

Kota Ur Ditemukan, Muasal Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim atau Abraham, dikisahkan dalam kitab-kitab suci samawi diperintahkan untuk hijrah, keluar dari kota kelahirannya oleh Tuhan, Allah SWT.  Ia dijanjikan tanah yang lebih baik untuk kelangsungan kaumnya sebagai penyembah Tuhan yang monolitik.

Menarik, para arkeolog baru-baru ini menemukan sebuah kompleks bangunan dekat kota kuno Ur di Irak selatan, yang menjadi tempat tinggal dari Nabi Ibrahim.
 

Struktur itu diduga menjadi pusat pemerintahan Ur sekitar 4.000 tahun lalu. Menurut Alkitab, masa itu Abraham tinggal di sana sebelum berangkat menuju Kanaan.

Kompleks itu dekat lokasi Ziggurat yang sedang direkonstruksi, atau kuil Sumeria, kata Stuart Campbell dari Departemen Arkeologi Universitas Manchester, yang memimpin penggalian.

“Ini adalah penemuan yang menakjubkan,” kata Campbell, Kamis, 4 April 2012. Kompleks itu begitu luas, sekitar ukuran lapangan sepak bola atau sekitar 80 meter di setiap sisi. Para arkeolog mengatakan kompleks seukuran dan seusia itu merupakan hal yang langka.

“Tampaknya itu adalah semacam bangunan publik. Ini mungkin merupakan gedung administrasi, mungkin memiliki hubungan agama atau pengawasan barang ke kota Ur,” katanya kepada The Associated Press.

Kompleks ruangan di sekitar halaman besar itu ditemukan 20 kilometer dari Ur, ibu kota terakhir dari dinasti kerajaan Sumeria yang peradabannya berkembang 5.000 tahun yang lalu.

Artefak ditemukan di situs purbakala dekat rumah Nabi Ibrahim.Campbell mengatakan salah satu artefak yang mereka temukan adalah sebuah plakat liat berukuran 9 sentimeter yang menunjukkan seseorang mengenakan jubah panjang mendekati tempat suci.

“Selain artefak, situs itu dapat mengungkapkan kondisi lingkungan dan perekonomian daerah itu melalui analisis sisa-sisa tanaman dan hewan,” ujar tim arkeologi.

Penggalian dimulai bulan lalu ketika satu tim Inggris beranggotakan enam orang bekerja sama dengan empat arkeolog Irak memelakukan penggalian di Tell Khaiber, provinsi Thi Qar, sekitar 320 kilometer di selatan Baghdad.

Tim Campbell adalah penggalian arkeologi tim Inggris pertama di Irak selatan sejak tahun 80-an. Penggalian itu juga diarahkan oleh Dr Jane Moon dari Manchester University dan arkeolog independen Robert Killick.

Dekade perang dan kekerasan telah membuat arkeolog internasional menjauh dari Irak, yang menjadi lokasi banyak situs arkeologi yang belum tereksplorasi. Namun, penggalian itu menunjukkan bahwa misi kolaboratif tersebut masih mungkin dilakukan di beberapa bagian Irak yang relatif stabil, seperti yang didominasi Syiah di selatan.

Penemuan-penemuan tersebut semakin mengungkap sejarah manusia berabad lalu, ketika paganisme masih dianut sekian banyak orang, ketika kitab-kitab suci belum lahir di muka bumi.

 

Sumber:
tempo

Ternyata Kelinci Pembunuh Nenek Moyang Kita

John Fa, peneliti dari Durrell Wildlife Conservation Trust di Jersey, berdasarkan hasil penelitiannya mengklaim bahwa Neanderthals, moyang manusia, punah gara-gara kelinci. Bagaimana bisa?

Fa meneliti tulang belulang hewan yang ditemukan di tiga lokasi penggalian di Spanyol dan Perancis. Dia menemukan bahwa sekitar 30.000 tahun lalu, mamalia besar seperti rusa melimpah di gua. Namun, pada masa berikutnya, mamalia besar mulai jarang ditemui.

 

 Ilustrasi / petsugar.com
Fa berpendapat, kemampuan beradaptasi untuk berburu mamalia berukuran kecil memegang peranan penting dalam kesintasan spesies. Sementara manusia modern pintar beradaptasi, tak demikian halnya dengan Neanderthals.

“Ketergantungan yang tinggi pada perburuan dan konsumsi mamalia besar oleh kelompok kerabat manusia tertentu membatasi kesintasannya ketika mangsa pilihannya menjadi terbatas,” papar Fa seperti dikutip Daily Mail.

Fa mengungkapkan, pada masa Neanderthals, jumlah kelinci melimpah. Namun, moyang manusia tersebut tidak mampu atau tidak mau memanfaatkannya. Hal tersebut berkontribusi pada punahnya Neanderthals.

“Analisis tulang yang ditemukan selama ekskavasi di Iberia menunjukkan bahwa kelompok kelinci adalah bagian diet penting dari spesies dengan anatomi manusia modern. Namun, hewan itu relatif tak digunakan selama masa Mousterian, ketika Neanderthals eksis,” papar Fa.

Fa tak mengetahui dengan jelas mengapa Neanderthals tak bisa memanfaatkan kelinci. Menurut Fa, Neanderthals kurang memiliki taktik untuk menangkap hewan itu. Adapun manusia modern diduga tak memanfaatkan panah untuk berburu kelinci, tetapi menggunakan api, asap, dan anjing. 

Sumber:
kompas.

5 Penemuan Arkeologi yang Masih Misteri

Kemajuan teknologi dan sains boleh bangga dengan berbagai kemajuan yang dulu hanya jadi khayalan belaka. Pesawat terbang, eksplorasi ke bulan dan planet lain, hingga penciptaan manusia cyborg jadi contoh kemajuan tersebut.
Namun, kita belum bisa menjawab tuntas asal-usul kehidupan. Dan, ketika diyakini berabad-abad lampau pengetahuan belum maju, mengapa lantas muncul penemuan arkeologi yang memutar-balikkan fakta yang ada. Apakah manusia dulu sangat terbelakang, atau justru sudah sangat maju? Atau, mungkinkah ada peradaban lain di masa lalu? 5 Penemuan arkeologi di bawah ini sebagai contohnya.

1. The Voynich Manuscript


 The Voynich manuscript adalah buku kuno yang terbukti sukses membuat para ilmuwan terlihat bodoh. Manuskrip ini merupakan sebuah buku teks yang menyimpan misteri dan maksud didalamnya, terdapat juga ilustrasi didalam buku kuno ini.       

Sebenarnya tulisan tersebut merupakan bahasa, tapi tak seorangpun tahu maksudnya. Dan pasti ada maksud dibalik tulisan tersebut. Tak ada kepastian siapa yang menulis ini, bahkan kapan buku tersebut ditulis.

Manuskrip Voynich diperkirakan ditulis antara tahun 1450 sampai tahun 1520 oleh pengarang yang tidak diketahui dalam bahasa dan sistem penulisan yang tidak diketahui. Manuskrip ini telah dipelajari oleh banyak kriptografer profesional dan amatir. Namun sampai saat ini belum ada yang dapat memecahkan artinya.

2. The Antikythera Mechanism

 
Antikythera mechanism adalah pecahan mesin tua yang ditemukan di bangkai kapal dekat Yunani, yang akhirnya diketahui barang tersebut berasal dari 100 tahun sebelum masehi.

Bisa dibilang, Antikythera mechanism merupakan komputer analog kuno yang dirancang untuk menghitung posisi astronomi. Nyatanya baru sebatas itulah para ahli bisa menebak. Sampai saat ini tak satu pun orang tau di mana Antikythera mechanism dibuat.

Profesor Michael Edmunds dari Cardiff University, yang memimpin sebuah studi tahun 2006 dari mekanisme, mengatakan, “Perangkat ini hanya luar biasa, satu-satunya dari jenisnya. Desain indah, astronomi yang tepat. Cara mekanik dirancang hanya membuat mulut Anda ternganga. Siapapun yang membuat ini telah dilakukan sangat hati-hati … dari segi nilai sejarah dan kelangkaan, saya harus menganggap mekanisme ini lebih berharga daripada Mona Lisa.”

 

3. The Baigong Pipes
 
Di suatu area di China, di wilayah yang tak dihuni penduduk, terdapat tiga pintu pipa segitiga yang dipenuhi besi dan rongsokan yang sudah berkarat di sekitar tepi gunung. Beberapa pipa menusuk jauh ke dalam gunung. Tapi beberapa pipa malah menyambung ke sebuah kolam danau yang asin.

Masih banyak lagi pipa-pipa  yang tidak diketahui letaknya. beberapa ada yang panjangnya 40cm, dan beberapa ada juga yang lebih pendek, tapi sepertinya pipa diletakkan untuk menyusun sebuah bentuk tertentu.

Masalahnya pipa itu diketahui dibuat dari zaman batu, suatu era ketika bingung bagaimana cara memasak daging dengan matang tanpa membakar rambutnya sendiri. Sehingga banyak teori beredar bahwa tempat ini jadi landasan UFO.

4. The Giant Stone Balls of Costa Rica
 

 
Batu bulat (atau bola batu) dari Kosta Rika adalah sekelompok batu berbentuk bulat yang berjumlah lebih dari tiga ratus di Kosta Rika, ditemukan di delta Diquis, Isla del Caño. Penduduk setempat menyebutnya Las Bolas, dan juga disebut Bola Diquis. Benda tersebut merupakan hasil karya kebudayaan Isthmo-Kolombia yang terkenal.

Batu-batu tersebut dipercaya telah dibentuk antara masa 200 SM hingga 1500 M. Satu-satunya cara tersedia untuk menentukan waktu pembuatan batu tersebut adalah stratigrafi, dan kebanyakan batu tersebut kini tidak lagi berada di tempatnya semula. Kebudayaan masyarakat yang membuat batu tersebut lenyap setelah kedatangan bangsa Spanyol.

Beberapa mitos beredar seputar batu tersebut, misalnya konon mereka datang dari Atlantis, atau mereka dibuat secara alami oleh alam. Legenda setempat menyatakan bahwa pribumi di sana memiliki obat yang mampu melunakkan bebatuan.

Kebulatan batu-batu tersebut dinyatakan sempurna, atau sangat mendekati sempurna, meskipun beberapa batu diketahui bervariasi antara 5 sentimeter (2.0 in) pada diameternya.

5. The Baghdad Batteries  

The Baghdad Batteries adalah sebuah artifact yang ditemukan di Mesopotamia yang diketahui dibuat pada zaman awal masehi. Benda ini seperti perlengkapan orang mesir zaman dahulu ketika berpergian.

Ketika seorang arkeologis sadar dia bukan hanya menganalisa sebuah pot, dia langsung kaget ketika menyadari bahwa benda itu adalah sebuah baterai. Pot tersebut berisi cairan baterai seperti cairan acid corrosion.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana manusia pada zaman itu bisa membuat cairan baterai dan menggunakannya sebagai lampu?

 

Sumber:
zonapencarian.
wikipedia

Kulkas Raksasa di Negeri Iran Kuno

Sebelum penemuan kulkas, es adalah komoditas berharga yang tidak bisa dengan mudah diperoleh atau dibuat, terutama selama musim panas. Untuk mengawetkan daging dan bahan makanan lainnya blok besar es harus diimpor jauh-jauh dari negara-negara Skandinavia dalam lingkaran Arktik.

Misalnya di Eropa, es didatangkan dari Norwegia. Di Rusia, mereka memperolehnya dari Sungai Neva, dan di India mengambil dari pegunungan Himalaya.

 
 
Iran, dengan iklim cukup ekstrim yang susah air walau saat musim dingin sekalipun, mempunyai cara yang unik dan pintar dalam mempertahankan es yang mereka impor. Mereka mempunyai bangunan khusus layaknya kulkas raksasa yang bisa menjaga es tetap tersedia sepanjang tahun.

Selama musim dingin, es dan salju dibawa ke dalam rumah es tersebut, dikemas dengan jerami dan serbuk gergaji. Rumah-rumah es macam ini mulai dibangun sejak abad 17 SM. Terbuat dari lumpur yang dibentuk jadi batu bata. Berbentuk kubah dan di bagian dalamnya membentuk sumur yang dalam.
 

 

 
 
Selain sebagai tempat pendinginan, masyarakat Iran kala itu bisa membuat es sendiri. Di belakang rumah es ada saluran untuk menuang air ke dalamnya selama musim dingin. Karena terlindung, air tersebut membeku. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga musim panas tiba dan ada persediaan es yang cukup.

Terdapat lebih dari 100 rumah es di seluruh Iran, namun kini banyak yang rusak. Bahkan beberapa hanya dijadikan tempat pembuangan sampah.

 

 
 
 
Sumber:
amusingplanet

Seperti Ini Rupa Burung Tertua Dalam Sejarah?

Spesies menyerupai burung yang diketahui selama ini sebagai nenek moyang burung ternyata bukanlah unggas pertama. Sebelumnya, sudah ada spesies berbulu di jaman dinosaurus yang diyakini sebagai spesies purba dari burung yang ada hari ini.

Temuan dinosaurus berbulu ini sekaligus mengubah cara manusia melihat burung serta evolusinya. 

 
 
 
Fosil unggas sepanjang 30 cm menjadi bukti kuat bahwa sesungguhnya ada burung yang menjelajahi langit Bumi di jaman dinosaurus. Kehadirannya menentang asal-usul spesies unggas selama ini.

Sebelumnya, para ilmuwan percaya bahwa burung berevolusi dari dinosaurus sejenis Theropods, dari awal zaman Cretaceous, sekitar 120-130 juta tahun yang lalu.

Namun, temuan baru di daerah Timur Laut China ternyata jauh lebih tua ketimbang Theropod yang hidup di pertengahan zaman Jurassic.

Ilmuwan memperkirakan, Eosinopteryx berada di Bumi lebih dari 145 juta tahun yang lalu.

“Penemuan ini menggugurkan keraguan lebih lanjut pada teori sebelumnya, bahwa fosil Archaeoptryx yang terkenal dan disebut-sebut sebagai burung pertama. Dan temuan ini sangat penting bagi evolusi burung modern,” kata Dr Gareth Dyke, dosen senior untuk Vertebrate Palaeontology dari University of Southampton.

“Temuan ini sekaligus menunjukkan bahwa asal-usul burung atau unggas jauh lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya,” pungkas Dyke.

Menurut analisa pada fosil, burung purba Eosinopteryx memiliki tubuh berbulu dan tidak bisa terbang. Sebab, lebar sayapnya terlalu kecil, dan lagi pula struktur tulangnya membatasi kemampuannya untuk mengepakkan sayap.

 
 
 
 
 
 
 
Sumber:
viva

Nenek Moyang Asia dan Amerika? Asalnya dari Cina

Sebuah kesimpulan baru dibuat para ilmuwan setelah memperoleh hasil dari analisis DNA. Ternyata nenek moyang bangsa Asia dan Amerika asli adalah sekelompok manusia yang hidup di China 40.000 tahun yang lalu.

Analisis genetik mengungkap bahwa manusia yang hidup di wilayah Beijing itu secara genetik sudah berbeda dengan nenek moyang bangsa Eropa.
 

 
zkd.cn
 
Ilmuwan meneliti sampel DNA inti dan mitokondria dari fosil tulang kaki manusia di Gua Tianyuan, China, yang ditemukan tahun 2003. Ilmuwan menyusun profil genetik dari fosil dan membandingkan dengan manusia saat ini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara genetik terdapat hubungan antara manusia Gua Tianyuan dan bangsa Asia dan Amerika asli.

Menurut ilmuwan, manusia dari China tersebut hidup di periode evolusi dan penyebaran manusia yang sangat menarik.

“Manusia ini hidup di masa transisi penting dalam evolusi manusia ketika manusia modern yang memiliki kemiripan dengan manusia purba seperti Neanderthal, menyingkirkan Neanderthal, serta Denisovan yang kemudian punah,” kata Svante Paabo, pimpinan tim riset dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology, di Leipzig

Sejauh ini, ilmuwan sudah menemukan beberapa fosil manusia Eurasia dari masa 40.000-50.000 tahun lalu. Namun, hubungan genetik antara manusia modern saat itu dan saat ini belum diketahui dengan pasti.

“Analisis lebih lanjut dengan fosil lain manusia modern awal di Eurasia akan membantu melengkapi pemahaman kita tentang kapan dan bagaimana manusia modern menyebar di Eropa dan Asia,” ungkap Paabo seperti dikutip AFP

Analisis juga mengungkap bahwa proporsi genetik Neanderthal dan Denisovan yang didapatkan pada manusia China tersebut tak lebih tinggi dari manusia modern saat ini.

 

 
Sumber:
kompas

« Older entries