Berkenalan Dengan Siput Kanibal yang Indah

Warnanya merah muda, kenyal dan berlendir. Ukurannya cukup menakjubkan, 20 cm panjangnya. Bisa jadi spesies dalam keluarga siput ini termasuk paling jumbo atau raksasa. Bayangkan, kalau kamu sedang menelusuri hutan lalu hewan berlendir sebesar ini menempel di kaki, leher, atau punggung kamu.
 
Bisa saja hal itu terjadi bila kamu mengunjungi kawasan Gunung Kaputar, sebelah utara New South Wales, Australia. Siput raksasa dengan nama ilmiah Triboniophorus aff. graeffei ini hanya ada di kawasan gunung terpencil tersebut. Jarang orang bisa menjumpainya. Mereka hanya keluar saat setelah hujan. Walau makanan utamanya tumbuh-tumbuhan, siput raksasa ini juga menyantap serangga kecil dan tak jarang memangsa siput lainnya. Sehingga dijuluki siput kanibal.

Seperti disebutkan di atas, jarang terlihat dengan mata telanjang, kecuali pada waktu-waktu tertentu. Seperti dilaporkan Michael Murphy, penjaga hutan Taman Nasional kepada ABC (Australian Broadcasting Corporation), “Pada suatu pagi yang baik, Anda dapat berjalan-jalan dan melihat ratusan dari mereka, tetapi hanya dalam satu area.”

 

Sumber:
amusingplanet

Sambil Mengayuh Sepeda, Hasilkan Air Bersih

Sehat bersepeda sekaligus memperoleh air bersih. Tampaknya itulah tujuan sepeda ‘aquaduct’ ini dibuat. Slogannya pun begitu jelas, “Kayuh sepedanya, dan saat tiba di rumah Anda dapat meminum air jernih.”

Tim desain sepeda ini merancang berdasar  kenyataan bahwa  sebuah keluarga  kecil (empat orang) membutuhkan sekitar 20 galon air sehari untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti minum, memasak, mencuci dan membersihkan.
 

Lalu bagaimana cara kerjanya? Seseorang akan naik sepeda dengan tangki kosong menuju sumber air dan mengisinya hingga penuh – maksimal 20 galon. Lalu orang tersebut mengayuhnya  kembali ke rumah.

Saat mengayuh, terjadi proses peristaltik pompa air di dalam tangki penyimpanan, melalui filter ke tangki ke-2  dan menghasilkan air bersih.
 

Di muka bumi ini, lebih dari 1,1 milyar orang tidak memiliki akses terhadap air bersih dan lebih dari 5.000 anak meninggal setiap hari karena penyakit terkait air. Artinya, jika mereka menemukan cara untuk memproduksi massal sepeda ini dengan biaya yang efektif, sedikit banyak membantu masalah kemiskinan, penyakit, serta kelaparan ekstrim.

Sumber:
unikbaca

Gawat, Populasi Orangutan Turun 80%

Populasi orangutan di Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir mengalami penurunan cukup drastis, yakni mencapai 80 persen atau saat ini hanya tersisa sekitar 6.000 ekor.

Direktur ProFauna Indonesia Rosek Nursahid, Senin (8/4), mengemukakan meski orangutan tersebut termasuk hewan langka yang dilindungi Undang-undang, perdagangan hewan tersebut masih tetap marak.
 

amazingindonesia.info
“Maraknya perdagangan orangutan, bahkan berbagai jenis hewan yang dilindungi lainnya itu akibat dari rendahnya kesadaran masyarakat dan lemahnya penegakan hukum di Tanah Air. Jika hukum (UU) benar-benar ditegakkan, pasti masyarakat tidak akan berani melanggarnya,” tandas Rosek.

Satwa langka tersebut dilindungi UU yang dituangkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pelaku perdagangan orangutan bisa dikenakan sanksi hukuman penjara selama lima tahun dan denda Rp100 juta.

Rosek mengatakan rusaknya habitat dan perdagangan orangutan menjadi faktor utama menurunnya populasi orangutan di alam, di samping semakin maraknya alih fungsi hutan serta perburuan oleh masyarakat.

Oleh karena itu, pihaknya juga berharap bisa mendorong pemerintah untuk lebih serius memperhatikan pelestarian orangutan, termasuk habitat orangutan yang semakin tergusur dan terancam punah dari muka bumi.

Sebab, habitat orangutan yang merupakan satu-satunya jenis kera besar yang hidup di Asia itu hanya tinggal di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Sedangkan tiga kerabatnya, yakni simpanse, gorila dan bonobo hidup di Afrika.

“Kalau puluhan tahun lalu kita masih bisa menemukan orangutan di kawasan Asia lainnya, sekarang hanya bisa ditemukan di Sumatera dan Kalimantan. Jumlahnya pun hanya tinggal sedikit,” kata Rosek.

 

Sumber:
shnews

Gajah pun Tahu Kalau Manusia Pemangsa No. 1

Mahluk apa yang paling ditakuti hewan? Jawabannya mudah: manusia. Sebesar apa pun binatang tersebut, tetap saja manusia jadi ancaman paling menakutkan. Gajah pun merasakan hal ini.

Baru-baru ini, para peneliti meneliti keadaan emosional gajah yang berada di taman nasional dan yang berada di hutan liar Afrika.  Hasilnya, diketahui gajah yang tinggal di Serengeti National Park di Tanzania memiliki tingkat stres yang lebih rendah, daripada gajah yang berada di alam lepas atau luar hutan lindung.
 

 darkestafrica.de
Metode penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan sejumlah sampel kotoran gajah yang berada di area Serengeti National Park, lalu dibandingkan sampel kotoran yang didapat dari hutan liar.

Ternyata, kotoran gajah yang berasal dari hutan liar memiliki tingkat Gluccorticoid yang sangat tinggi. Gluccorticoid adalah hormon yang diproduksi gajah saat sedang stres. Ini disebabkan gajah merasa stres karena sangat beresiko diburu dan diganggu oleh manusia.

Sementara gajah yang berada di Serengeti National Park memiliki tingkat hormon Gluccorticoid yang rendah.

Para peneliti juga mengawasi pagar-pagar pembatas di Serengeti National Park yang terbuka, sehingga memungkinkan beberapa hewan keluar-masuk di taman nasional itu.

Setelah diamati, banyak gajah jantan yang memilih untuk masuk ke dalam taman nasional, yang mengindikasikan bahwa gajah lebih kerasan tinggal di tempat yang aman.

Dr Eivin Roskaft dari Norwegian University of Science and Technology menjelaskan, mengapa gajah lebih memilih untuk tinggal di dalam taman nasional.

“Dengan masuknya gajah ke dalam taman nasional, itu menunjukkan bahwa gajah menghindari interaksi dengan manusia,” kata Roskaft.

Menurut dia, tindakan gajah yang menjauh dari manusia adalah pilihan tepat. Hasil dari penelitian ini harus menjadi perhatian dari pemerintah setempat.

“Gajah memilih daerah di dalam taman nasional sebagai tempat yang aman. Ini menunjukkan bahwa kawasan taman nasional sangat penting untuk melindungi dan meningkatkan kesejahteraan gajah. Pemerintah setempat harus memberikan ruang yang aman bagi gajah agar terhindar dari perburuan,” tegas Roskaft.

“Ancaman terbesar gajah Afrika dan hewan lainnya adalah manusia. Hewan-hewan yang berada di hutan liar pasti akan dibunuh oleh manusia, untuk diambil gadingnya dan dikonsumsi dagingnya,” ucap Roskaft. Hasil dari penelitian ini telah diterbitkan di African Journal of Ecology.

 

Sumber:
viva

6 Dampak Perubahan Iklim Semakin Terasa

Menurut data Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), selama abad 20, Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata udara di permukaan tanah 0,5 derajat celcius. Jika dibandingkan periode tahun 1961 hingga 1990, rata-rata suhu di Indonesia diproyeksikan meningkat 0,8 sampai 1,0 derajat Celcius antara tahun 2020 hingga 2050.

Kondisi ini merupakan dampak dari perubahan iklim yang terjadi di Bumi. Selain suhu yang meningkat, apalagi dampak perubahan iklim pada hidup kita?

 www.wallpaperpimper.com
 
1. Harga pangan meningkat
Untuk beberapa dekade mendatang, para pakar memprediksi hasil tanaman pangan mulai dari jagung hingga gandum, beras hingga kapas, akan menurun hingga 30 persen. Hasil yang menurun ini berujung pada peningkatan harga pangan. Sebab, akan ada proses, penyimpanan, dan transportasi pangan yang membutuhkan air dan energi lebih.

2. Siklus yang tidak sehat
Meningkatnya suhu ditambah dengan populasi global akan mencuatkan permintaan energi. Ini akhirnya berujung pada produksi emisi yang menyebabkan perubahan iklim dan, ironisnya, memicu lebih banyak lagi emisi. Sedangkan curah hujan, diproyeksikan akan menurun sebanyak 40 persen di beberapa lokasi. 

3. Rusaknya infrastruktur
Perubahan iklim memicu lebih banyak cuaca ekstrem yang menghasilkan bencana. Seperti yang terjadi di DKI Jakarta pada Januari hingga Februari 2013.

Hujan dalam intensitas tinggi menyebabkan banjir besar di pertengahan Januari. Ibu Kota Indonesia ini lumpuh ketika nyaris semua titik jalannya terendam banjir, termasuk pusat pemerintahan di Jakarta Pusat. Jalan dan bus transportasi umum yang merupakan infrastruktur penting bagi warga Jakarta tidak lagi berfungsi.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebut, 15.423 jiwa harus mengungsi. Daerah yang terendam meliputi 720 RT, 309 RW, 73 Kelurahan, dan 31 Kecamatan.

4. Berkurangnya sumber air
Membludaknya jumlah penduduk menyebabkan tingginya permintaan air. Ini menimbulkan penyedotan besar-besaran terhadap sumber air yang ada. Khusus untuk Jakarta, naiknya muka air laut dapat membuat batas antara air tanah dan air laut semakin jauh ke daratan. Sehingga mencemari lebih banyak sumber air minum.

5. Meningkatnya penyakit pernapasan
Perubahan iklim juga menyebabkan polusi udara yang akhirnya menurunkan fungsi dari paru-paru. Di kota besar seperti New York City, Amerika Serikat, kasus asma akan meningkat sebanyak sepuluh persen.

6. Bencana hidrologi
Bencana alam, hasil dari perubahan iklim, meningkatkan badai dan cuaca ekstrem. Hanya beberapa kota di dunia yang mempunyai sistem penanggulangan yang cukup baik untuk bencana-bencana tersebut.

 

Sumber:
kompas.

Tissue, si Pembabat Pohon Dunia

Bisa dikatakan penggunaan tissue dalam kehidupan sehari-hari memang terhitung praktis. Tapi pernahkah terlintas di pikiran kita bagaimana asal muasal tissue sampai bisa digunakan oleh kita sehari-hari?

Tissue mulai dibuat sekitar tahun 1880-an  dari bahan baku kulit kayu yang dijadikan pulp (bubur kertas). Sampai sekarang pun bahan baku dalam pembuatan  tissue masih menggunakan kayu. Kayu yang didapat pastinya dari hasil penebangan pohon- pohon di hutan. Biasanya tissue di Indonesia menggunakan bahan baku dari pohon
 

 manafoods.blogspot.com
Sadarkah kita bahwa penggunaan tissue yang berlebihan ikut mendukung kerusakan hutan? Misalnya, dalam 1 pack terdapat 20 lembar tissue. Dan, ternyata dari 1 pohon berumur 6 tahun hanya bisa menghasilkan 2 pack tissue saja, atau 40 lembar.

Sementara, satu pohon itu bisa menghasilkan oksigen untuk menghidupi 3 orang. Bayangkan berapa jumlah orang disekitar Anda yang menggunakan tissue setiap harinya. Pasti sangat banyak. Sampai saat ini pun Indonesia sudah kehilangan sekitar 72% hutan aslinya, dan semakin hari kerusakan hutan masih tetap berlanjut.

Penggunaan tissue dapat kita minimalisir dengan beralih menggunakan sapu tangan atau handuk. Memang penggunaannya tidak sepraktis memakai tissue yang sekali pakai bisa langsung di buang, sapu tangan harus dicuci agar dapat digunakan kembali. Tapi lihat saja manfaat penggunaan sapu tangan selain mengurangi kerusakan hutan, kita juga membantu mengurangi penumpukan sampah. Jika dilihat dari segi produksinya, menghemat penggunaan tissue dapat mengurangi pemborosan energi dan air saat proses produksi.

Belum lagi dampak negatif lainnya dari segi kesehatan. Contoh, kita kerap menggunakan tissue untuk mengambil atau membungkus makanan, misalnya gorengan, untuk menghindari tangan kotor atau menyerap minyak yang berlebihan pada makanan tersebut. Padahal, zat kimia yang terkandung dalam kertas tissue dapat bermigrasi ke makanan. Seperti pernah dikemukakan Sapto Nugroho Hadi, Departemen Biokimia IPB.

Zat yang disebut pemutih – klor – memang ditambahkan dalam pembuatan kertas tissue agar terlihat lebih putih dan bersih. Zat ini bersifat karsinogenetik (pemicu kanker).

Hal yang sama juga terjadi pada kertas yang lain, entah kertas koran atau majalah, yang sering dipakai untuk membungkus makanan. Kertas-kertas ini mengandung timbal (Pb) yang bisa berpindah kemakanan karena panas makanan.Timbal yang masuk ketubuh akan meracuni tubuh dan menyebabkan beragam gangguan, dari kondisi pucat sampai lumpuh.

Sumber:
unikbaca
manafoods.

5 Kota Dunia Ini Akan Tenggelam

Ancaman banjir, penurunan tanah (land subsidence) serta naiknya air laut jadi ancaman bebarapa kota besar dunia. Bukan tak mungkin bila dalam 20 hingga 80 tahun ke depan ada kota yang akan lenyap dari peta bumi.

Simak 5 kota dunia yang terancam tenggelam berikut ini.

1. Bangkok
 

bangkoksuccess.com
Pada tahun 2100, Bangkok diprediksi akan menjadi Atlantis kedua. Ibukota Thailand tersebut tenggelam disebabkan beberapa faktor, antara lain perubahan iklim karena efek rumah kaca, naiknya permukaan air laut, erosi pantai, dan pergeseran tanah.

Prediksi tersebut dikemukakan oleh kepala Pusat Peringatan Bencana Nasional Thailand Smith Dharmasaroja. Oleh sejumlah pihak, prediksi Smith ditanggapi serius. Sebelumnya dia sudah meramalkan adanya Tsunami di sekitar Samudera Hindia pada tahun 2004.

Selain itu, letak kota yang berada 1,5 meter di bawah permukaan laut menyebabkan Bangkok selalu mengalami banjir setiap tahun.

 

2. Ho Chi Minh City
 
tamsingh.com
Salah satu kota di Asia Tenggara yang terancam tenggelam adalah Ho Chi Minh City. Setiap tahun, ketinggian banjir meninggi setinggi 2 sentimeter.

 

3. Shanghai 
adage.com
Struktur tanah yang semula daerah rawa yang kemudian dipenuhi oleh bangunan pencakar langit, menyebabkan permukaan tanah Shanghai menurun setengah inchi setiap tahunnya.

Kebutuhan akan bangunan pencakar langit tersebut meupakan imbas dari melonjaknya populasi penduduk Shanghai. Pada tahun 2001, penduduk kota yang berada di muara Sungai Yangze ini berjumlah 20 juta orang.

 

4. Mumbai
 
cse.iitb.ac.in
Pada tahun 2008, Kelompok aktivis Greenpeace memperkirakan, pada tahun 2100, kota Mumbai akan tenggelam oleh air laut. Naiknya air laut hingga 5 meter disebabkan oleh mencairnya es kutub.

Dalam laporan yang berjudul ‘Iklim Migran di Asia Selatan’ Greenpeace mencairnya es kutub disebabkan oleh meningkatnya suhu bumi hingga 4-5 derajat karena pemanasan global.

 

5. Jakarta
 straitstimes.com
Selain letak geografis yang berada di bawah permukaan air laut, kebutuhan akan air tanah yang tinggi ditengarai menjadi salah satu penyebab tenggelamnya daratan Jakarta. Populasi penduduk yang terus meningkat menjadi alasan utama kebutuhan akan air tanah. Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan, diperkirakan jumlah penduduk di Ibukota meningkat hingga 40 juta jiwa.

Pakar hidrologi asal Belanda, JanJaap Brinkman menjelaskan, jika proses penyedotan air yang terus-menerus dilakukan tidak segera dihentikan, di akhir abad, Jakarta akan tenggelam.

“Jika ekstraksi (penyedotan) air tanah tidak segera dihentikan, di penghujung abad, Jakarta akan tenggelam dengan kedalaman lima hingga enam meter,” jelasnya seperti dikutip theatlanticcities.com.

Sumber:
palingseru

Pulau-pulau Khusus Untuk Sampah

Sampah memang menimbulkan masalah pelik yang sulit terurai hingga sekarang. Masalah yang terus ada karena sampah adalah semakin padatnya suatu wilayah, hingga sulit menemukan lokasi untuk tempat pembuangan sampah.

Berikut ini 4 pulau tempat pembuangan sampah di dunia yang digunakan sebagai tempat pengelolaan sampah.

1. Thilafushi, Maladewa

Thilafushi terletak di sebelah barat Malé, dan terletak di antara Kaafu Atoll Giraavaru dan Gulhifalhu dari Maladewa. Hal ini secara geografis merupakan bagian dari saluran Vaadhoo. Thilafushi menerima sampah pertama dari Malé pada 7 Januari 1992.

Bekerja mulai dengan hanya 1 kapal pendarat, 4 truk beban berat, 2 ekskavator dan wheel loader tunggal. Selama tahun – tahun awal pengelolaan sampah, lubang dengan volume 37.500 ft3 ( 1060 m3 ) digali, setelah pasir yang diperoleh dari penggalian digunakan untuk membangun kandang berdinding sekitar perimeter internal. Limbah yang diterima dari Malé diendapkan ke tengah – tengah lubang, yang diakhiri dengan lapisan limbah konstruksi seragam kemudian diratakan dengan pasir putih.

Awalnya tidak ada pemisahan limbah karena itu kini harus ditangani dengan segera karena akumulasi massa yang bertambah.Yang utama adalah sarana penunjang kegiatan industri di pulau seperti perahu manufaktur, pengepakan semen, pengolahan dan pergudangan berbagai skala besar. Salah satu penyumbang terbesar Thilafushi adalah penduduk Malé.

Thilafushi tidak hanya bertindak sebagai penyelamat dari masalah sampah mereka sendiri, tetapi juga mengutus mereka dari gudang semen penyimpanan dan fasilitas penyimpanan massal lainnya. Kini pemerintah Maladewa berjuang untuk memaksimalkan pengelolaan dan pengolahan sampah dengan teknologi yang lebih canggih guna menekan tingkat pencemaran lingkungan di sekitar pulau.

2. PULAU SEMAKAU, SINGAPURA
Terletak 8 kilometer selatan Singapura dan pulau ini seluas 3,5 kilometer persegi, Semakau dirancang oleh para insinyur di Singapura NEA. Ini terdiri dari dua pulau kecil yang telah terhubung dengan tanggul batu. Bagian dalam wilayah dibagi menjadi 11 teluk, yang dilapisi dengan plastik tebal dan tanah liat untuk mencegah bahan yang tidak diinginkan mencemari laut.

Sejak mulai digunakan pada tahun 1999, empat dari 11 teluk telah diisi, ditutupi dengan tanah dan ditanami rumput. Penghijauan ini menelan biaya sekitar $ 400 juta, dapat menyimpan hingga 63 juta meter kubik sampah, cukup untuk memenuhi pengelolaan limbah Singapura sampai 2040.

3. YUMENOSHIMA, JEPANG
Yumenoshima adalah sebuah pulau buatan di Teluk Tokyo yang benar – benar terbuat dari sampah. Itu dimulai pada akhir 1960-an ( meskipun beberapa sumber mengatakan telah dimulai sejak akhir 1950-an atau akhir 1970-an ) oleh pemerintah kota / prefektur Tokyo sebagai solusi untuk beberapa masalah sampah.

Tetapi solusi ditemukan pada tahun 1972 ketika pemerintah kota memutuskan untuk membuatnya menjadi taman. Sekarang ruang tertutup oleh pohon eucalyptus dan dilengkapi oleh kereta, lahan hijau untuk piknik, berjemur, dan siapa saja yang mencari relaksasi. Antara taman dapat dicapai denga sebuah jembatan dan marina yacht.

4. FLOATING GARBAGE ISLAND, SAMUDERA PASIFIK
Sebuah pulau yang sangat besar, dua kali ukuran Texas yang mengambang di suatu tempat antara San Francisco dan Hawaii.

Ini terdiri dari 80 persen plastik dan beratnya sekitar 3,5 juta ton mengapung di mana beberapa orang pernah melakukan perjalanan, di tanah tak bertuan antara San Francisco dan Hawaii.

“sampah ini makin berkembang, bersamaan dengan seluruh dunia limbah laut, sepuluh kali lipat setiap dekade sejak tahun 1950″, kata Chris Parry, manajer program pendidikan publik dengan California Coastal Komisi di San Francisco.

Waspadalah Pada Bencana Hidrometeorologi

Saat pemanasan global berdampak besar pada mencairnya es di kutub, suhu di pegunungan salju yang menghangat, maka negara-negara Asia termasuk Indonesia semakin terancam oleh jenis bencana yang terus meningkat dari tahun ke tahun, yakni bencana hidrometeorologi.

Yang termasuk bencana hidrometeorologi adalah banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung, hingga gelombang pasang. Datanya terus bertambah banyak belakangan ini.

 

telegraph.co.uk
Dari tahun 2002-2011, rata-rata bencana meningkat 77 persen dari sebelum abad 21. Sementara tahun ini saja, 2012, sejak Januari hingga 13 Desember 2012 menjadi 85 persen atau 729 kasus bencana di Indonesia saja. Puting beliung merupakan bencana paling sering terjadi, yaitu 36 persen, mengalahkan banjir dan longsor yang sebelumnya mendominasi.

Penyebabnya begitu jelas, kerusakan lingkungan. Demikian menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho seperti dilansir Kompas.

Kesimpulan itu diperkuat Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian, bahwa naiknya suhu Bumi menyebabkan frekuensi kejadian puting beliung. Bencana hidrometeorologi menjadi ancaman serius di masa mendatang.

 

Bersiap Banjir

Secara bulanan, dari data bencana 2002-2012 menunjukkan, puncak bencana terjadi pada Januari. Artinya, pada puncak musim hujan, yaitu di Januari, ancaman bencana hidrometeorologi mencapai puncaknya. Ini perlu diantisipasi masyarakat.

 

 channelnewsasia.com
Badan PBB untuk Pengurangan Risiko Bencana (UNISDR) merilis hasil penelitian yang menyebutkan banjir merupakan bencana paling kerap terjadi di Asia sepanjang 2012, yaitu mencapai 44 persen. Bencana ini menyebabkan dampak korban jiwa terbanyak dan kerugian ekonomi terbesar. Sebanyak 54 persen korban tewas di Asia diakibatkan banjir dan 56 persen dari total kerugian ekonomi di Asia disebabkan banjir.

Penelitian itu dilakukan UNISDR bekerja sama dengan Louvain University Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED). Disebutkan, Pakistan paling menderita akibat banjir. Sebanyak 480 warga Pakistan tewas sepanjang Agustus hingga Oktober 2012. Adapun banjir yang melanda China pada Juni-Juli berdampak terhadap 17 juta orang dan menyebabkan kerugian ekonomi terbesar, yaitu 4,8 miliar dollar AS.

 

Sumber:
kompas

Bumi Makin Panas, Suhu di Pegunungan Salju 15 C

Dampak pemanasan bumi semakin lama berpengaruh ke banyak hal. Di negara-negara 4 musim, menjelang Natal adalah saat orang berlibur ke pegunungan untuk bermain ski. Namun tahun ini masa bersenang-senang dengan salju semakin singkat.
Resor ski di pegunungan Jiminy Peak, sebelah barat Massachussets misalnya, suhu yang terbaca di termometer hanya menunjuk pada angka 59 Fahrenheit atau sekitar 15 derajat Celcius saja. Hal ini menjadi tanda suhu di bumi meningkat pesat. Dengan suhu ‘hangat’ seperti itu akan membuat salju cepat mencair.
 
 resor salju Jiminy Peak tutup, salju cepat menghilang / timesunion.com
Secara bisnis, gejala ini pertanda buruk bagi pengelola ski. Diperkirakan, setidaknya di tahun 2039 bakal tersisa separuh saja dari daerah ski di Amerika saja yang tetap bersalju selama 100 hari.

Walaupun sekarang ada teknologi salju buatan (snowmaking), hal tersebut tak akan banyak menolong karena sulit mempertahankan sajlu di udara terbuka apalagi ketika suhu semakin meningkat.

Beberapa pihak mungkin hanya melihat dari segi keuntungan. Sesungguhnya secara global, semua ini jadi pertanda dunia sedang menuju kehancurannya selama slogan “go green” tidak menjadi kesadaran bagi tiap orang untuk bertindak.

 

Sumber:
scientificamerican

« Older entries